Jumat, 11 Oktober 2013

Peneliti di Meksiko Ungkap Keterlibatan Perempuan Dalam Kartel Narkoba


Meksiko
Mexico City – Tingginya angka kematian akibat perang kartel narkotika di Meksiko telah menyeret keterlibatan perempuan dalam dunia kartel hingga menduduki posisi penting dalam organisasi.
Hal ini ditulis oleh Arturo Santamaria, seorang peneliti dari Autonomous University of State of Sinaloa, dalam bukunya berjudul “Female Bosses of Narco Traffic“.
Buku ini menulis tentang hasil penelitian dan wawancara Santamaria untuk mengetahui peningkatan peran perempuan di dalam organisasi penyelundup narkotika.
Sejak Presiden Felipe Calderon mencanangkan kebijakan perang terhadap narkotika pada Desember 2006 lalu, tidak kurang dari 50.000 orang telah meninggal.
Kebijakan tersebut memunculkan penindasan pemerintah atas kejahatan terorganisir yang telah memicu perang perebutan wilayah perdagangan narkotika antar kalangan kelompok yang bersaing dan terlibat pertempuran melawan pasukan militer anti narkoba di Meksiko.
Dalam bukunya Santamaria menulis bahwa akibat kondisi ini, penyelundup narkotika menjadi semakin kuat, dan dengan keterlibatan perempuan di dalamnya, akan makin sulit diperangi.
“Mereka akan makin sulit diperangi sebab perempuan kelihatannya bertindak lebih cerdik. Janda, anak perempuan, kekasih dan pacar para lelaki, yang menjadi bagian dari kartel telah mengambil bagian dalam bisnis ini,” tulisnya.
Menurut Santamaria dalam bukunya, kondisi ini disebabkan oleh banyaknya laki-laki anggota kartel terbunuh sehingga terjadi pergeseran yang memunculkan laki-laki yang lebih muda dan para perempuan menduduki posisi penting dalam organisasi penyelundup narkotika.
Buku ini memuat beberapa hasil wawancara para peneliti dan wartawan mengenai kisah para perempuan-perempuan ini.
“Setelah mereka membunuh ayah saya, saudara saya bertahan. Namun ia tewas ditembak dalam baku-tembak belum lama ini, dan sekarang saya telah mengambil-alih kendali”, begitu kenang salah seorang perempuan.
Di negara bagian Sinaloa, Meksiko barat-laut yang merupakan wilayah utama penghasil mariyuana dan poppy di Meksiko dan tempat tinggal gembong narkotika kenamaan, banyak perempuan muda tumbuh-besar di sekitar kegiatan usaha tersebut.
Perempuan mulanya direkrut ke dalam kegiatan tersebut untuk memproduksi sari dari poppy, proses rumit yang memerlukan penanganan yang teliti.
“Mereka menyerap itu sejak mereka masih kecil. Mereka tahu apa itu dan bagaimana cara operasinya. Setelah itu, mereka mulai mengangkut narkotika, mencuci uang dan terlibat dalam apa yang disebut diplomasi narkotika dengan memanfaatkan kecantikan mereka untuk mendekati pejabat pemerintah atau polisi,” kata Santamaria.
Mereka mempelajari cara menangani pekerja, mengelola operasi dan menggerakkan uang, keterampilan yang akhirnya mempersiapkan mereka untuk mengambil-alih seluruh operasi.
Menurut Santamaria, perempuan bertindak dengan lebih hati-hati dan lebih jarang menggunakan kekerasan ketimbang lelaki.
Menurut pejabat kejaksaan setempat, hingga Oktober tahun lalu, pemerintah Meksiko telah menangkap sebanyak 46 perempuan yang menjadi pemimpin kartel.
Sementara itu, di Amerika Serikat sebanyak 2.143 perempuan Meksiko telah ditangkap selama satu dasawarsa belakangan karena mereka terlibat dalam penyelundupan narkotika. (Kos/IH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar